Tuesday, May 18, 2010

TEMBANG RUWATAN


Ari Saptaji

kudengar lambungmu -- lambung itu adalah kawah
tengah mencerna, terus mencerna
di bawah bumi -- di laut sana?
debur ombakmu jumbuh pada langit gunung
: abu-abu kota, asap yang mengambang
seperti tembang tlutur

seperti silsilah yang lindap --
karena haruskah aku percaya pada udara?
ia telah ada, namun tidak ada
dan akan ada: jagad beredar di sekelilingnya
dengan penduduk dapat sepenggal cerita

(aku melihat tahta dan biasan kuda
yang meliar): mereka menelan tanpa merasa
memandang dan kehilangan ujung pangkalnya
bumi yang kelak diguncangkan

mereka tetap bernapas dalam udara kota
: tugu tetap tegak diam menjulang

almanak lepas, gunungan bergetar lamban
seperti tertangkap lakonnya
seperti tak tertancap pengharapannya
-- wayang-wayang berderaian di embun malam
atmosfir yang menerima tanpa menjadi serupa

di pusat alun-alun aku berdiri
merobek mimpi rongga-rongga malammu
dan menuturkan sasmita kanda bawana
dalam gemetar langit subuh
yang menyimpan lintang panjer rina

Yogya, 1992

Anda sedang membaca kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul TEMBANG RUWATAN dan anda bisa menemukan kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul TEMBANG RUWATAN ini dengan url http://kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2010/05/tembang-ruwatan.html,anda juga bisa meng-click kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul TEMBANG RUWATAN Tetapi dilarang merubah isi maupun mengganti nama penyair/pengarang nya karena bertentangan dengan HAKI, semoga anda ter-inspirasi dengan karya TEMBANG RUWATAN salam Karya Puisi

0 komentar:

Post a Comment

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |