Wednesday, August 18, 2010

Tanah Pengasingan


Tanah Pengasingan
Sajak Rabindranath Tagore

Ibu, ada cahaya jadi kelabu di langit; tapi
sekarang sudah pukul berapa, aku tak tahu.

Permainanku tak asyik lagi, maka biar saja aku
datang padamu. Ini hari Sabtu, liburnya kita.

Tinggalkan dulu kerjamu, ibu, duduk di sini
bersisi jendela lalu ceritakan padaku di mana
padang pasir Tepantar dalam dongeng itu?

Bayang-bayang hujan itu menutupi rapat
mendekap hari dari akhir hingga akhir.

Halilintar menyambar mencakar langit
dengan tajam jari-jari di tangannya.

Ketika awan gaduh dan hari dikepung badai
aku suka takut di hatiku, berpeluk padamu.

Ketika lebat hujan berderai berbilang jam
di daun-daun bambu, dan jendela rumah kita
berguncang, tersebab kencang hembus angin,
aku suka duduk sendiri di kamar, ibu, denganmu,
dan menyimak ceritamu: tentang padang
pasir Tepantar dalam dongeng itu.

Di manakah gurun itu, ibu? Di pantai laut apakah?
Di kaki bukit apakah? Di kerajaan siapa rajanya?

Tak ada pagar yang menanda batas ladang, tak
ada jalan setapak supaya orang desa bisa pulang
ketika sudah tiba malam, atau perempuan
dari hutan memikul kayu bakar ke pasar. Ada
petak-petak rumput kuning di pasir dan hanya
sebatang pohon di mana sepasang burung tua
membuat sarangnya, di padang pasir Tepantar.

Tak bisa kukhayalkan, bagaimana di hari
mendung itu putra belia raja memacu kuda
abu-abu, sendiri menempuhi gurun, mencari
putri yang terkurung di istana gergasi, di
seberang bentangan air yang entah.

Ketika kabut hujan datang dari langit jauh,
dan halilintar mulai menyambar bagai sakit
yang tiba-tiba terasa, ingatkah dia pada
ibunya yang gundah, ditinggalkan raja,
menyapu kandang lembu, dan menyeka
air matanya, sementara dia sang putra
memacu kuda di padang pasir Tepantar?

Lihatlah, ibu, hari nyaris gelap nyaris malam,
tak lagi ada musafir nun di jalan pedusunan.

Bocah gembala pulang lekas dari padang rumput,
dan lelaki meninggalkan ladang pulang, lalu duduk
beralas tikar di gubuk, melihat awan merengut.

Ibu, sudah kusimpan semua buku pelajaran di rak,
jangan dulu menyuruhku belajar lagi sekarang ini.

Nanti kalau aku besar seperti ayah, aku akan
pelajari semua yang memang harus dipelajari.

Tapi, mohon untuk hari ini saja, beri tahu aku,
ibu, di mana gurun Tepantar dalam dongeng itu?

* Syair ke-17 dari The Crescent Moon.

Anda sedang membaca kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Tanah Pengasingan dan anda bisa menemukan kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Tanah Pengasingan ini dengan url http://kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2010/08/tanah-pengasingan.html,anda juga bisa meng-click kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Tanah Pengasingan Tetapi dilarang merubah isi maupun mengganti nama penyair/pengarang nya karena bertentangan dengan HAKI, semoga anda ter-inspirasi dengan karya Tanah Pengasingan salam Karya Puisi

0 komentar:

Post a Comment

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |